jump to navigation

Hakikat Dunia Oktober 31, 2010

Posted by ahmad in Artikel, islami.
trackback

Bismilllahirahmanirrahim

Saya berlindung kepada Allah SWT dari kelemahan, kealfaan, serta kefakiran atas ilmu dan amal dan dari bisikan –bisikan syaitan laknatullah.

Sahabat, ada sebuah hadits nabi SAW yang berbunyi

“ Sekiranya dunia ini di sisi Allah SWT adalah setara dengan sayap nyamuk, tentu Dia tidak akan memberi minum orang kafi seteguk air dari dunia ini”

( HR. At-Tirmidzi, kitab Zuhud no 2321, Ibn Majah, kitab Zuhud, no 2410, terdapat dalam kitab Shahih Al-Jami no 5292. Dan di sahihkan oleh Imam Nasrudin Albani dalam As-Silsilah Ash-Sahihah, no.686 )

Apa saja makna yang terkandung dari hadits ini?

Sahabat, banyak sekali makna yang terkandung di dalam hadits ini, inilah salah satu mukjizat nabi Muhammad SAW yakni Al-Qur’an. Beliau tafsirkan penjelasannya melalui hadits-hadits yang selaras pula dengan makna Ayat-ayat Al-Quran, karena memang fungsinya adalah sebagai penjelas dari makna Al-Quran yang sarat dengan kompleksitas penafsiran.

Sekilas bila kita membacanya, makna awam kebanyakan menafsirkan bahwa dunia ini memang tidak ada harganya sama sekali, lantas banyak orang mengatakan, “Buat apa kita hidup di dunia kalau memang tidak ada harganya sama sekali, lebih baik cepat mati supaya lekas masuk syurga”

Kita semua mengetahui dan memang Rasulullah SAW juga banyak menerangkan tentang celaan Allah SWT terhadap dunia dan hakikat hidup di dunia misalnya yang termaktub dalam shahih Al-Bukhari,

“Hiduplah kamu di dunia seakan-akan kamu adalah orang asing atau orang yang sedang melintas didalam perjalanan” (HR. Bukhari bab perkataan nabi “Kun Fi Ad-Dunya, no 6416)

Berkenaan dengan hadits tersebut , Ibnu Umar  ra berkata,

”jika kamu berada di waktu sore janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, jika kamu berada di waktu pagi janganlah menunggu datangnya waktu sore. Persiapkanlah waktu sehatmu untuk menghadapi waktu sakitmu, dan pergunakanlah massa hidupmu untuk massa matimu.”

Ada beberapa hal yang harus dipahami mengenai hakikat dunia dari hadits ini yang mesti ditafsirkan:

1.  dunia tidak berharga si sisi Allah SWT karena dia adalah tempat menyatunya kebaikan dan keburukan, hal ini tentu berbeda dengan syurga yang sangat Allah SWT muliakan, karena di dalamnya murni hanya ada kebaikan.

Jadi maknanya:

  • Keburukan dunia ditujukan kepada kemaksiatan yang ada di dalamnya, sedangkan kebaikannya tidak. Karena bagi orang-orang yang beriman dunia adalah ladang kebaikan, bekal menuju akhirat yang kekal.
  • Celaan terhadap dunia di dalam Al-quran dan As-sunnah tidak ditujukan untuk tempat dunia berlaku yaitu bumi ini sebab Allah telah menjadikan bumi ini sebagai tempat dan kediaman anak cucu adam.

Mari kita renungkan ucapan Sayidina Ali r.a.,

Dunia adalah negeri kejujuran bagi orang-orang yang mempersiapkannya dangan benar. Ia adalah negeri keselamatan bagi orang-orang yang memahami hakikatnya. Ia adalah negeri kekayaan bagi orang-orang yang mau berusaha didalamnya. Dunia adalah tempat turunya wahyu kepada para nabi. Ia adalah mushala bagi para nabiAllah dan tempat berniaga para wali-Nya..” Jadi jelas dunia merupakan sawah ladang bagi akhirat”.

Studi kasus tentang sebagian orang yang tabu akan hal ini, misalnya

“buat apa kamu capek-capek cari uang berangkat pagi pulang larut malam, uang tidak perlu yang penting ibadah “

Sahabatku sekalian  Agama tidak pernah melarang kita untuk menjadi kaya, sama sekali tidak. Tidak ada satu ayat pun yang menghalangi umat Islam ini untuk memiliki harta berlimpah, namun, intinya adalah seperti yang tadi dijelaskan bahwa dunia merupakan ladang kebaikan bagi kaum beriman, nah konteks kebaikan inilah yang menjadi poin pentingnya, bahwa segala sesuatu jikalau berorientasi kepada kebaikan maka itu diperbolehkan itulah sawah ladang kita bagi akhirat.

Kaitan dengan kasus yang tadi, maka tidak menjadi mudharat bagi kita bila bekerja tanpa henti, asalkan niat utamanya adalah untuk mencari kebaikan, dan itu pula termasuk ibadah, tentunya kita akan lebih bermakna bagi masyarakat jikalau kita sendiri&keluarga kita sejahtera, coba bandingkan zakat seseorang (yang sama-sama tulus ikhlas dalam kebaikan) antara seseorang yang berpenghasilan tinggi dengan pekerja biasa/lebih-lebih yang tidak punya pekerjaan, mana yang lebih berkontribusi buat umat?.

Jadi intinya adalah orientasi, niat untuk beribadah, bekerja ikhlas, dan jujur , jika terlepas dari hal ini  sesungguhnya azab ALLAH SWT sangat pedih.

Maka harus ada upaya menanamkan pemahaman ini khususnya bagi para penuntut ilmu atau sahabat sekalian yang sedang memahami hakikat atau mengamalkan zuhud, namun demikian tidak bertujuan menjauhkan orang dari dunia. Karena sekali lagi “dunia adalah sawah ladang(kebaikan) bagi akhirat.

Hal ini pulalah yang akan membuat hidup kita selalu semangat, terarah dan bermakna. Karena kita bekerja,peras keringat banting tulang bukan tanpa makna. Maka kata –kata yang akan senatiasa kita ucapakan disetiap hari kita

“Jelas, saya lakukan hal ini adalah untuk kebaikan, bagi pribadi dan berkontribusi untuk kemajuan umat, saya tidak boleh mengeluh terhadap apaun yang menimpa saya, karena saya tidak ingin kehilangan pahala kebaikan disisi Allah dari amalan (pekerjaan) ini.

2. Jikalau di dunia ini hanya terdapat kebaikan saja maka tentu Allah SWT akan memuliakan dunia, oleh karena sangat tidak berharganya, maka tidak dibedakanya antara kaum muslim dan kaum kafir dalam hal harta benda yang bersifat material,  oleh karenanya juga hadits ini hanya ditujukan kepada sisi materinya saja, artinya Allah memberikan  nikmat-nikmat materi (baca: harta, kekayaan, ladang & perniagaan) di dunia ini kepada siapapun karena memang bagi Allah dunia ini tidak ada harganya sama sekali. Hal ini praktis menjawab orang-orang yang sering bergumam,  “kenapa mereka(kaum kafir) yang tidak beribadah kepada Allah diberikan harta kekayaan yang melimpah sedang kita kaum muslimin terus berada di garis kemiskinan”.  Jawabannya sekali lagi:

BAHKAN sangat wenang bagi Allah SWT memberikan seluruh kekayaan dunia kepada kaum kafir sebab Allah adalah dzat yang maha meliliki…

Namun ingat wahai sahabatku pahala dan balasan amal kebaikan hanya diberikan-Nya kepada kaum mukminin, yang senatiasa beramal shaleh.

Prinsipnya hanya satu, kita bekerja berlandaskan kebaikan, berusaha sekuat tenaga, seluruh kemampuan kita jika ini yang kita niatkan insyaAllah kita akan mendapat berkah dan pahala di sisi Allah SWT baik berhasil ataupun tidak. Karena nikmat yang terbesar yang seluruh orang inginkan adalah bukan harta benda, materi, uang, melainkan “KEBAHAGIAAN”  sedang kan hal itu bukan bersifat materi maka hanya diberikannya kepada orang-orang yang taat yaitu kaum mukminin.

Kesimpulanya:

“Allah SWT memberikan nikmatnya (baca: harta, kekayaan, kesehatan) di dunia kepada seluruh umat manusia tak terkecuali kaum kafir, namun pahala-Nya, nikmat akhirat, hakekat hidup yaitu ketengan jiwa, kebahagiaan hakiki hanya diberikan kepada orang-orang mukmin.”

Wallahualam bissawab

pustaka:

Hasan, Muhammad. 2008.  Detik-detik pengadilan Allah SWT.  Surakarta: insan kamil.

Al-Syalhub, Fu’ad. 2006. Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema Insani.

 

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar